Film pendek berjudul “Agrapana” besutan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Medan Area (Faperta UMA) turut meramaikan Festisal Film Mahasiswa Indonesia (FFMI) 2020. Berdurasi 9 menit 19 detik, Agrapana mengungkap beragam realita dalam aspek kehidupan petani.
FFMI 2020 menjadi momentum bagi para mahasiswa Faperta UMA untuk menampilkan sebuah karya film pendek berjudul Agrapana. Dalam film ini, mereka berupaya memvisualkan sebuah “rahasia umum” tentang kehidupan petani di tanah air.
Ketua BEM Faperta UMA, Oemar Abdul Azis, yang juga menjadi pengarah pembuatan film tersebut mengatakan Agrapana adalah sebuah kisah tentang perjuangan seorang anak muda dari keluarga petani dalam melawan penindasan para “mafia” pupuk.
“Film ini menceritakan perjuangan seorang petani dalam mengatasi permasalahan pupuk subsidi yang habis akibat permainan para makelar pupuk,” kata Oemar, Senin (16/11/2020) di Medan.
Dari berbagai permasalahan yang dihadapi, terang Oemar, pemuda tersebut kemudian menciptakan pupuk alternatif sebagai solusi atas kelangkaan pupuk subsidi yang kerap dihadapi para petani di desanya.
“Anak muda itu bernama Agus, diperankan oleh Torang Siregar, dia menciptakan pupuk alternatif lainnya dan mendapatkan penghargaan atas upayanya itu,” kata Oemar.
Lebih lanjut Oemar mengatakan, Agrapana adalah film perdana yang dibuat oleh BEM Faperta UMA untuk diikutkan dalam FFMI. Dia berharap, film ini dapat menggugah semangat para generasi muda untuk bisa terus berkarya.
“Kegiatan FFMI 2020 ini pertama kali kami ketahui dari salah satu dosen di Fakultas, Ibu Indah Apriliya. Setelah diberitahu beliau, saya langsung berkomunikasi dengan teman-teman seperjuangan saya untuk menindaklanjutinya. Alhamdulillah kawan-kawan sepakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut,” tuturnya.
“Alasan utama kami memutuskan untuk ikut berpartisipasi adalah ingin menambah pengalaman serta dapat menginfulens kawan-kawan yang lain untuk lebih aktif mengikuti kegiatan atau perlombaan kemahasiswaan baik nasional, atau bahkan internasional,” tambah Oemar lagi.
Melalui film tersebut, Oemar berharap, masyarakat dan pemerintah dapat mengetahui permasalahan pertanian yang ada di Indonesia. Selain itu, pihaknya juga ingin menyampaikan pesan agar petani dapat mencoba budidaya pertanian organik.
“Semoga, pesan yang disampaikan dalam film ini tersampaikan bagi setiap penikmat film yang menontonnya serta kedepan adik-adik di pertanian khususnya bisa meningkatkan apa yang telah dibuat sejauh ini,” harapnya.

Untuk diketahui, Film Agrapana yang bakal segera tayang di Chanel YouTube BEM FAPERTA UMA ini berlatar di Desa Suka Mandi Hilir, Deli Serdang, Sumatera Utara. Film ini dibuat dengan menghabiskan waktu sekitar 8 hari, di luar proses editing. Sementara, para pemeran yang terlibat film ini, seluruhnya merupakan mahasiswa aktif di Faperta UMA.